Rabu, 17 Agustus 2016

Hari Merdeka

hari ini 17 agustus yang ke 71 kalinya
Dirgahayu Indonesiaku, negeriku, tanah airku, tumpah darahku
tak banyak yang berubah di 71 tahun Indonesia merdeka
masih dengan jiwa muda yang terlalu biasa
semoga ke depannya menjadi jiwa muda yang siap untuk kerja nyata

Senin, 08 Agustus 2016

Curhatan masa SMA

ehm, ehm
tes
jadi gini ceritanya, kemarin itu pas tanggal 7 agustus, ada acara loop kepo gitu -sengaja ga disensor- sebagai rasa terimakasih karena berkat acara ini gue bisa ketemu Bayu Skak, yess the real Bayu skak.
biasanya kan cuma nonton di depan layar tapi ini nonton orang aslinya
dan sumpah demi apapun, lebih gantengan aslinya, suerr dah, ga boong ._.v
tapi sayangnya gue ga bisa foto bareng gara2 gue ga mampu beli merchandisenya -oke, gue emang lagi kere-
dan akhirnya gue cuma bisa jadi paparazi -kerjaan lama terulang kembali-
sebenernya sih dianya ada di kelas gue, tapi gue ga boleh masuk, jahat kan? padahal itu kan kelas gue u,u

sekedar foto hasil jepretan temen gue -Hadaina- yang nemenin gue buat jadi paparazi -kenapa ga hasil jepretan gue? karena hp gue jadul dan hp dia hasil jepretannya lebih lebih lebih bagus banget



dan yang terakhir itu temen gue seperjuangan buat jadi paparazi -Hada- yang lucky banget, dia ketemu di salah satu resto di Madiun dan bisa foto bareng.
kan aku nya jadi pengen, aaa>,<
tapi masih ada pepatah yang bilang tak ada rotan akar pun jadi. gak bisa foto bareng Mas Bay, masih bisa foto bareng Kak Alvan :3
#abaikanmukagelapsaya

tapi tetep big thanks banget buat Hada, dan ijin upload foto kamu yaa, biar hits, hehe ._.v

Senin, 28 Maret 2016

Tanpa Judul

Ketika diri bagai sebutir pasir pantai yang tertelan ombak
Terambing diri ke dasar lautan
tak ada yang menyapa
ikan-ikan pun enggan untuk sekilas menengok
Ketika diri bagai sebutir pasir pantai
diinjak oleh ribuan pasang kaki manusia
begitulah nasib sebutir pasir pantai
tapi tak pernah hancur
karena diri hanyalah sebutir pasir pantai

Madiun, 6 Maret 2016
11:17 WIB

Karakter Anak Bangsa

Kebanyakan anak bangsa jaman sekarang lebih menyukai produk buatan luar negeri dibandingkan produk dalam negeri
Apa yang menyebabkan semua itu ?
Kenyataannya tidak sedikit masyarakat indonesia khususnya yang saya bahas disini adalah generasi muda yang merasa kurang gaul atau apalah itu sebelum menggunakan merk luar negeri ataupun barang impor dari luar negeri. Bahkan tidak segan-segan untuk mengoleksi seri demi seri. Impor sana sini lewat online shop.
Yang juga menyatakan bahwa
“Tidak sedikit masyarakat  Indonesia yang merasa lebih berkelas ketika bisa menggunakan produk terkemuka dunia dan kemudian memamerkannya kepada orang lain. peranan penting pemerintah juga sangat dibutuhkan dalam memajukan produk-produk dalam negeri sehingga dapat dicintai oleh masyarakat Indonesia sendiri. Alangkah baiknya pemerintah bukan hanya menuntut masyarakat untuk selalu menggunakan produk dalam negeri melainkan juga melakukan evaluasi-evaluasi terhadap kualitas-kualitas produk yang ada sehingga ke depannya bisa dilakukan langkah-langkah sebagai upaya perbaikan. Selain itu, penggunaan produk dalam negeri secara langsung dapat membangkitkan perekonomian negara serta menghidupkan produsen-produsen lokal dan menyejahterakan para pekerjanya. Sebaliknya menggunakan produk luar negeri justru akan memajukan perekonomian negara lain.”
Dan saya setuju dengan pendapat tersebut. Tapi bagaimanapun sebagai anak bangsa, yang dilahirkan di bangsa ini sudah selayaknya kita mencintai, bangga, dan bahkan menggunakan produk dalam negeri. Tugas kita adalah memperbaikinya sehingga kualitas nya tidak jauh berbeda dan bahkan dapat mengalahkan produk luar negeri. Bukan hanya mencela dan mencari-cari alasan agar tidak menggunakan produk dalam negeri.
Semua tergantung dari pola pikir masing-masing orang, dan alangkah lebih baiknya apabila kita mau berpartispasi aktif dalam memajukan produk dalam negeri sebagai anak bangsa yang cinta tanah air.
Selain itu, juga telah dikampanyekan beberapa gerakan aktif untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap produk luar negeri, seperti label 100% Indonesia, aku cinta Indonesia, buatan Indonesia, dan lain sebagainya.
Banyak pula keuntungan yang dapat diperoleh, terutam untuk bangsa kita tercinta. Seperti dilansir dalam http://mallonlineindonesia.com/keuntungan-menggunakan-produk-dalam-negri/ dan https://komunitas.bukalapak.com/s/fwyihx/apa_manfaatnya_mencintai_produk_dalam_negeri yakni :
·         Meningkatkan devisa negara (Kan kita juga yang untung, Indonesia ga akan kalah kaya sama negara lain, ga bakal kaya alamnya, tapi juga devisanya, mulialah hidup kita kelak)
·         Memperluas lapangan pekerjaan (nah, bisa juga nih untuk mengurangi salah satu masalah kependudukan di Indonesia, yakni pengangguran. Dengan begini tingkat pengangguran akan semakin rendah seiring banyaknya lapangan pekerjaan yang ada)
·         Meningkatkan kualitas produksi dan kesejahteraan masyarakat (dengan tingginya permintaan barang kualitas produksi akan meningkat, penghasilan semakin banyak, untung banyak, rakyat sejahtera)
·         Kurangnya kemiskinan dan angka kriminalitas (masyarakat sejahtera, tidak ada yang miskin, tidak kekurangan uang, ga pernah kepikiran buat nyolong, jambret, nyopet, dsb. Karena semuanya sudah sejahtera)
“Bila konsumen Indonesia lebih senang membeli barang-barang impor, yang akan memetik manfaat terbesar adalah produsen barang di luar negeri. Uang kita akan mengalir ke luar tanpa ada manfaat ekonomi ke dalam, Kata Mendag pada saat itu. (Dikutip dari Antara)


Minggu, 21 Februari 2016

Curhat lagi (20/02/16)

Ahhh... saya lagi baper galau atau apalah itu
Karena lagi lagi saya mundur sebelum berperang, ada event yang saya sangat ingin untuk ikut berpartisipasi di dalamnya. Akan tetapi dikarenakan rasa PD saya yang sangat kurang. Saya takut akan suatu hal yang belum saya ketahui dengan pasti. Tapi kalaupun saya masih ingin maju. Hari ini adalah hari terakhir pendaftaran, dan lagian saya juga belum ijn orang tuaa...
Arrrrggghh asdfghjkl-_-
                Tapi hari ini saya diundang(ga diundang sih, sayanya aja yg pngin ikut:3) ke acara ulang tahun anak majikan bulik (panggilan saya untuk adik perempuan dari orang tua saya(jawa)). Maklumlah saya suka makan gratisan, apalagi makanan enak di resto mahal, haha:3
                Kurang PD juga sih awalnya, apalagi saya ga kenal siapa-siapa dan pastinya majikan bulik juga gak kenal saya.
                Waahh, tambah lagi pas saya dateng yang saya lihat, orang-orang dengan pakaian rapi yang sedang menikmati hidangan yang disediakan resto tersebut. Bahkan, kebanyakan tumpangan mereka itu mobil mewah, dengan plat nomor yang sudah di modifikasi yang paling saya inget adalah plat nomor “L 1 FE” (gatau punya siapa bagi yang punya plat nomor kendaraan itu saya ijin posting plat nomornya yaa^^)
                Itu baru di parkiran depan, kemudian saya masuk, acara ada dilantai dua, ada ruangan kaca dan hall setengah terbuka, lebih seperti di balkon, iya bukan sih. Ga tau apa namanya itu, pokoknya ya gitulah~ yang saya lihat ya temen-temen pemilik acara yang katanya anak gaul, anak kekinian gituhh~~
                Pas saya dateng nih, acara udah selesai tinggal makan-makan, udah ngga ngasih kado, dateng nelat, pas acara makan lagi. Keliatan banget kan kalo gue suka gratisan:v
                Sambil makan sambil ngeliatin orang cantik-cantik sama cakep-cakep lagi foto-fot, selfie, wefie, dan sejenisnya.
                Makanan abis saya pulang deh, nah baru deh saya tau kalo itu tadi “sweet seventeen”an. Ya taunya dari souvenir yg dibagiin di acara itu (saya juga kebagian :P)
Lengkaplah sudah bukti bahwa saya suka makan enak dan gratisan, nama yang ulang tahun aja gatau, lagi ulang tahun keberapa ga tau. Main dateng, makan, trus pulang. Udah gitu aja. Kurang ajar emang. Yang pentng mah seneng aja. Abis baper gegara event itu. Akhirnya kegalauan saya terbalas dengan makn gratis nan enak itu.
Sekian curhatan ga jelas saya, terima kasih telah menyempatkan diri untuk membaca ketikan ga jelas ini.

Love yaa~ 

Minggu, 07 Februari 2016

(Masih tentang) Karakter Anak Bangsa

Bismillahirrahmanirrahim

Seorang guru membahas tentang karakter dan juga kurikulum tigabelas setelah menuduh seorang anak mengerjakan tugas dengan bantuan kunci jawaban dari buku tersebut. Tidak pantas jika saya hanya mengetikkan menuduh, karena memang yang dituduhkan kepada anak tersebut benar adanya -sepengetahuan saya-. Tetapi jika beliau ingin mempersalahkan siswa tersebut kenapa beliau tidak mengintropeksi diri terlebih dahulu. Tugas itu diberikan sebelum beliau memberikan penjelasan sama sekali, saat itu kalau tidak salah hari sabtu pertama setelah liburan semester. Beliau tidak dapat mengajar dikarenakan suatu hal. Para siswa termasuk saya mengerjakan tugas dalam buku tersebut mengetahui bahwa guru tersebut sangatlah disiplin. Sebagian siswa mengerjakan di bagian depan ruang kelas, mereka heboh meminta kepada salah seorang anak untuk mencari kunci jawaban, dikarenakan waktu yang sangat mepet untuk mengerjakan soal dari satu bab penuh yang belum pernah dipelajari (karena saat itu saya melihat banyak anak yang malas untuk membaca materi awal secara mandiri -termasuk saya- ). Saya tidak mengingat semuanya secara detail, saya ikut bergabung di bagian belakang ruang kelas bersama anak-anak rajin yang sedang berusaha memecahkan soal tersebut semampu yang mereka bisa. Setelah beberapa saat saya membaca materi, memecahkan beberapa soal dengan diskusi yang kami lakukan bersama, dan merasa tidak sanggup menjawab lagi di tengah-tengah pengerjaan -terutama untuk uraian yang materinya tidak tersurat dalam buku-, saya sempat menyarankan kepada siswi-siswi yang berdiskusi bersama-saya- untuk meminta kunci jawaban kepada anak-anak depan. Salah seorang anak menimpali penuturan saya "halah, buat apa toh paling juga ga dilihat, lagian kan gurunya kalau belum pernah ngajarin juga biasanya bilangnya kerjakan semampu yang kita bisa. Nanti kalau kejawab semua gurunya malah gamau jelasin lagi. dikiranya kita udah pintar." salah seorang anak lagi juga berkata "gausahlah kunci-kuncian, nanti pas ditanya kita ga bisa, malah kena semprot" "lagian kan kalo kita ngerjain sendiri kita jadi lebih paham dan tahu maksudnya" sahut salah seorang yang lain.
Saya hanya mengangguk-angguk menyetujui dan kemudian kembali mengerjakan. Bedanya dengan anak depan, anak bagian belakang tetap mengumpulkan meskipun hanya mengerjakan bagian pilihan ganda dan sebagian kecil dari uraian, sedangkan anak bagian depan mengumpulkan dengan jawaban hampir lengkap lebih banyak daripada anak bagian belakang.
Dan hasilnya terlihat hari ini, kelompok belakang lebih mudah menjawab ketika dipertanyakan alasan pemilihan jawaban mereka daripada anak kelompok depan. Dan ternyata uraian yang tidak terjawab oleh kami benar-benar tidak dibahas, mungkin karena gurunya juga mengerti atau bahkan memiliki kontak batin dengan kami bahwa kami tidak -ralat : belum- dapat mengerjakan soal tersebut. dan terjadilah kejadian seperti dalam paragraf awal yang telah saya ketikkan tadi.
Guru tersebut berkata bahwa karakter anak kelas saya sangat kurang, dan mengatakan bahwa yang diperlukan dalam kurtibel(singkatan : kurikulum tiga belas) mengajarkan tentang spiritual dan emosional, dan bukan tentang pengetahuan. Tapi nyatanya anak-anak masih saja mementingkan nilai pengetahuan daripada nilai spiritual dan karakter (emosional). Beliau bercerita panjang lebar tentang usaha yang berbeda dari anak pada jaman dulu, dan anak jaman sekarang yang ingin mudahnya saja dengan sedikit usaha yang dilakukan. Berkat beliau saya jadi terinspirasi untuk menuliskan kembali tentang "Karakter anak bangsa". Dan mirisnya lagi -bagi saya- ketika guru tersebut mengatakan bahwa kelas samping sebenarnya juga lebih parah daripada kelas saya beberapa anak tertawa meremehkan. Bodoh ! Gak tau diri. Begitu pikir saya, kenapa masih bisa tertawa ketika dirinya sendiri yang dibahas, yang dijelek-jelekkan karena -memang- kurangnya karakter dalam diri mereka seperti yang dimaksudkan dalam kurtibel. Mungkin masih merasa diatas ketika diberi tahu bahwa masih ada kelas yang paling bawah dan sedikit bangga, pikir saya lagi tentang beberapa anak yang tertawa tadi. Dan lagi saya berpikir bahwa yang dikatakan guru tersebut tidak -ralat : belum- sepenuhnya benar. Menurut saya, yang masih menjadi tolak ukur orang tua, maupun orang lain pada kenyataannya masih saj tentang nilai pengetahuan tentang angka yang tercetak dalam raport, tidak pernah terpikirkan bagaimana proses mendapatkannya. Mereka -para siswa- cenderung mengesampingkan kejujuran mereka ketika pengambilan nilai dilakukan. Perasaan takut akan di-bully-, dimarahi orang tua, membuat mereka berbondong-bondong memikirkan cara termudah memperoleh nilai baik tanpa harus belajar. Bahkan tanpa dipungkiri beberapa guru lebih cenderung kepada murid dengan nilai pengetahuan baik, dibanding murid dengan nilai pengetahuan rendah nilai karakter tinggi-menurut penilaian saya-.

Jadi menurut saya, sebenarnya anak bangsa terlahir dengan karakter yang baik. Akan tetapi seiring penialaian masyarakat yang beragam membuat mereka, kita, menjadi berusaha seperti apa yang mereka -masyarakat- inginkan. Karena manusia dilahirkan dengan dua sisi, antagonis dan protagonis, seperti yang tergambarkan dalam drama ataupun cerita-cerita lainnya. Antagonis dan protagonis selalu beriringan, dan hal tersebut yang membuat drama/cerita menjadi lebih hidup. Begitu juga dengan manusia yang dengan kedua sisi dirinya yang saling berjalan berdampingan.

diketik pada 6 Februari 2016 pukul 22:56
selesai pada 7 Februari 2016 pukul 00:20
Madiun, ruang tamu+ruang keluarga+ kamar tidur dengan kakak sepupu, nenek, ibu, dan ayah yang sudah tertidur lelap dan berkelana ke alam mimpi
diketik oleh : Bella
murni dari hasil mengingat, sedikit berpikir, dan pengamatan dari diri saya sendir dan beberapa teman yang tanpa mereka sadari saya berusaha menggali informasi dari mereka

terimakasih kepada para pembaca yang telah menyempatkan waktunya untuk membaca hasil ketikan saya ini, dan juga kepasa penginspirasi saya, untuk kali ini khususnya guru saya tercinta, dan teman-teman saya yang namanya tidak saya sebutkan, tapi saya ceritakan dalam artikel kali ini.

dan juga mohon maaf apabila ada yang merasa tersinggung dengan artikel saya, tidak ada sedikitpun maksud dan niatan untuk menyakiti hati siapa pun dalam artikel kali ini.

Jumat, 29 Januari 2016

Karakter Anak Bangsa

Karakter anak bangsa

kenapa judulnya karakter anak bangsa? oke gue akan jelasin, eh tapi karena gue bukan anak bangsa yang berkarakter, eh bukan deng, saya anak bangsa yang tengah membangun karakter jadi disini bahasanya tidak akan dibuat formal. karena jujur sulit buat ngomong formal apalagi anak yang kelakuannya kayak gue. oke, ini kebanyakan pidato

karakter anak bangsa. apa sih yang dimaksud karakter anak bangsa? gue uda cari di google tapi karena mungkin gue lagi ga mood nge baca satu per satu(oke ini yang membuat gue belum memiliki karakter anak bangsa, MALAS BACA) gue belum ngerasa nemu apa sih yang dimaksud karakter anak bangsa? semacam makanan ? pelajaran? atau cowok ganteng?

dan hasil browsingan gue tertulis, eh salah terketik maksudnya. sekarang kan tulis menulis uda jarang, kalau ga kepaksa karena sekolah.

Karakter atau watak adalah sifat batin yang mempengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya. 

dan beberapa jenisnya yakni
  • Pemarah
  • Penyabar
  • Ceria
  • Pemaaf
  • Tidak percaya diri
  • Bijaksana
  • Pendiam
  • Pendendam
  • Pengkhianat
  • Penyayang
  • Penakut
  • Pembenci
  • Pemalas
  • Rajin
  • Sombong
  • Cuek
  • Penghina
  • Munafik
  • Jujur
  • Licik
  • Egois
  • Iri
  • Tamak
  • Setia
  • Buas
  • Jinak
  • Eksentrik
  • Hemat
  • Boros
  • Pelit
itu sih hasil copy paste-an dari wikipedia.

sedangkan anak bangsa menurut blognya ridho rifki ( http://ridhorifkispansa.blogspot.co.id/2011/02/makna-anak-bangsa.html ) adalah harapan bangsa, penerus bangsa, yang meneruskan perjuangan bangsa, demi menjaga kesatuan dan persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 oke di dalam blog tersebut juga tertulis, eh lupa lagi. terketik maksudnya "Anak bangsa adalah harapan bangsa, penerus bangsa, yang meneruskan perjuangan bangsa, demi menjaga kesatuan dan persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Para petinggi negara, orang tua, guru mengharapkan kiat bisa menjadi penerus bangsa. Namun apa yang sudah sekarang terjadi? Lihatlah sekeliling kita. Kecurangan dalam belajar terjadi di setiap sekolah, anak anak yang harus nya sekolah malah pergi ke tempat lain, perkelahian antar siswa, antar kelas, maupun antar sekolah. Apakah ini namanya anak bangsa? Apakah ini namanya generasi penerus bangsa? Ini bisa dibilang mengecewakan. Itu sama sekali tidak menghargai harapan para petinggi negara, orang tua, guru. Kita malah mengecawakan mereka semua. Membuat malu negara kita. Jika terus begini apa jadinya jika kelak besar nanti? Bisa jadi tidak memungkinkan. Maka itu kita harus menghargai harapan tersebut. Dengan cara belajar dengan giat. Dengan begitu kita mungkin bisa dibilang harapan bangsa yang meneruskan perjuangang bangsa saat ini.
Hai anak Bangsa! Sadarlah! Kita harus jaga sikap kita! sebagai Anak Bangsa! Jangan buat malu Indonesia kita ini! Kitra pasti bisa! Merdeka! Merdeka! Indonesia Tercinta!
 M.Ridho Rifki
Will never forget that"


 nah, gue setuju banget sama apa yang disebutkan disitu. di kurikulum baru ini beberapa guru membahas tentang pendidikan karakter. tapi dari sudut pandang saya, dalam lingkup kecil di kelas saya. saya tidak merasa menemukan sebuah keberhasilan pendidikan karakter seperti yang dimaksudkan dalam kurikulum tersebut. yang saya tahu kebanyakan anak malah menyimpang dari apa yang diharapkan, termasuk saya. karena pada kondisinya, seseorang yang rajin dan taat malah menjadi bahan olokan dan ejekan teman-temannya. siapa yang salah? kurikulum ? karakter? atau saya sebagai penulis *ralat pengetik di blog ini?

tapi, bukankah suatu drama tidak akan terlihat bagus, menarik, dan menjadi tontonan apabila tidak ada pemeran antagonis yang menciptakan konflik pada drama tersebut ?
lalu mengapa kita semua dituntut untuk berkarakter baik?

dan juga dari apa yang saya alami, lebih baik kita hidup dengan diri kita sendiri, maksudnya dengan apa yang kita percaya dan yakini dalam hati. karena pada kenyataannya jika kita terlalu memperhatikan pendapat orang lain, orang lain itu sangat banyak, dan juga memiliki pendapat yang berbeda-beda. misal ketika si A menganggap musik yang kita dengarkan bagus dan kita terus-terusan mendengarkan musik itu hanya karena si A mengatakan bahwa musik yang kita dengarkan bagus, suatu hari ketika bertemu dengan si B , si B akan mengatakan bahwa musik yang kita dengarkan sangatlah tidak cocok, dan ketika kita mengganti musik yang kita dengarkan dan bertemu dengan si C, si C akan mengatakan bahwa musik yang ia dengarkan adalah yang terbaik, dan kita pun akan mendengarkan musik tersebut, padahal sebenarnya kita tidak dapat menikmati dan mengerti apa yang musik tersebut sampaikan kepada kita. lalu untuk apa menuruti keinginan si A, B, dan C? mengapa tidak mendengarkan musik sesuai hati kita sendiri, sesuai selera kita sendiri. karena seberapa banyak dan baiknya kita mengikuti pendapat orang lain, pendapat, saran, dan kritik orang lain itu tidak akan pernah ada habisnya. hitung saja, berapa ratus ribu jiwa yang tinggal di Indonesia saja. lalu apa kita akan mengikuti pendapat, saran, ataupun kritikan dari masing-masing mereka?

tetapi tidak mendengarkan pendapat mereka, bukan berarti kita tidak peduli, atau bahkan tidak menghargai dan menghormati pendapat orang lain. itu adalah kesalahan besar. hm, ini baru awal mengenai pendapat, belum hal yang menyangkut karakter anak bangsa. tapi posting an ini mungkin postigan terpanjang saya. ehm, jadi buat selanjutnya saya akan memposting lagi secepatnya. maaf karena bertele-tele. dan juga saya masih menerima pendapat, kritik, dan saran.

terimakasih telah membaca postingan tidak jelas saya (lagi)
see you again and byeee~~
ehhh, karena ini karakter anak bangsa, jadi seharusnya saya mengucapkan selamat idul fitri, mohon maaf lahir dan batin bukan deng, cuma mau ngucapin sampai jumpa lagi di postingan selanjutnyaa. jangan bosen bacanya yaa!! ^^

Jumat, 01 Januari 2016

Wish

World Tourrr!!

Wish

resolusi? saya tidak memikirkan tentang hal itu
mungkin seperti menjadi lebih baik setiap harinya :)

Wish

semua akan baik-baik saja seiring berjalannya waktu

Wish

selama itu tujuan baik, semua akan terkabul


Selamat tahun baru 2016
Kembali dengan semua harapan baru
Tidak semua harapan terkabul, tapi sesuatu yang lebih dari yang kau harapkan selalu akan terjadi
Tidak masalah dengan semua luka dan kekecewaan yang telah kau dapat
Bagaimanapun, hari demi hari telah berhasil dilalui
Bukan untuk kalian, ini adalah diriku sendiri
Terimakasih atas tahun-tahun yang telah berlalu~~~